Berdamai dengan Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan ikutnya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara terus-menerus. Jadi menurut teori ini, konflik yang terjadi di beberapa komunitas Muslim seperti di Suriah, Rohingya dan Sampang merupakan puncak dari benturan berbagai individu maupun kelompok di dalamnya, termasuk mereka yang mempunyai kepentingan dibaliknya.

Konflik menurut al-Quran
Konflik pertama yang disebutkan dalam al-Quran adalah ketika Allah ingin menjadikan seorang khalifah di bumi. Maka terjadilah konflik laten (untuk tidak mengatakan protes) malaikat dengan khalifah yang akan diturunkan ke bumi. Para malaikat berdalih bahwa manusia akan membuat kerusakan (di bumi) dan menumpahkan darah, padahal mereka senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Tuhan. Akan tetapi jawab Tuhan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui (QS. 2: 30). Untunglah malaikat ini dengan sifat patuhnya pada Tuhan sehingga tidak balas dendam pada Adam (QS. 66: 6). Kemudian kedua disusul dengan Iblis yang merasa lebih baik ciptaannya melanggar perintah Tuhan untuk menghormati Adam (QS. 2: 34).

Dengan sifatnya yang sering membangkang perintah Tuhan, maka muncullah konflik ketiga. Adam digoda Iblis untuk melanggar larangan Tuhan di surga (QS. 2: 34). Kemudian Adam pun “berdamai” dengan Tuhan dengan beberapa kalimat sehingga konflik pun mereda. Setelah itu muncullah konflik-konflik lain yang secara langsung maupun tidak langsung ditegur oleh Allah (lihat QS. Al-Araf tentang cerita Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan Musa).

Allah memerintahkan umat Islam untuk menghindari konflik sedini mungkin, baik terhadap sesama ataupun dengan orang kafir. Bahkan Allah tidak melarang berbuat baik dan adil serta menjadikan partner orang kafir selama mereka tidak diganggu (QS. 60: 8). Dan apa yang dilakukan ketika konflik sudah terjadi? Maka mendamaikan atau ishlah adalah jalan pertamanya. Bila hal ini tidak bisa dilakukan, maka mau tidak mau harus dengan pemaksaan atau perlawanan (untuk tidak mengatakan perang) agar mau berdamai (QS. 49: 9).

Maka atas nama apapun konflik itu terjadi; wilayah, seperti konflik Israel dan Palestina, konflik agama Katolik-Protestan di Irlandia Utara, maupun ras dan etnis seperti konflik Bosnia-Kroasia, konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan adalah tidak manusiawi. Seharusnya hak untuk bernafas, menikmati kemerdekaan dan hidup damai adalah hak bagi setiap manusia tanpa menghalangi hak manusia yang lain. Mengutip pernyataan Nietzsche dalam Bab IV Epigram dan Selingan nomor 76 (dalam Beyond Good and Evil, 2002): “jika segala sesuatunya damai, orang yang suka perang akan berjalan sendirian”.

Post a Comment

0 Comments