Ngaliyan, Riwayatmu Kini

Dulu, jalan di Ngaliyan masih agak sepi. Menyeberang jalan sangat mudah. Pohon di lingkungan warga masih banyak. Warung makan tradisional masih murah. Jalan dengan tebing menjulang tinggi ke atas di Silayur masih terlihat jelas. Udaranya masih agak panas.


Sekarang, jalan sudah padat. Menyeberang harus menunggu sekitar 15 detik. Pohon sudah banyak ditebang. Perkebunan karet di Mijen jadi perumahan elit. Warung makan milik kapitalis menyebar di pinggir-pinggir jalan. Bukit dikepras dan pohon ditebang untuk perluasan jalan. Udaranya sudah tidak sehat. Apalagi dicampur lalu lalang proyek jalan tol trans Jawa.
Ngaliyan, masih tetap seperti dulu. Namanya tidak berubah. Kelurahannya tidak berkurang. Letak geografisnya tidak bergeser. Yang berubah adalah manusianya. Dari sedikit menjadi banyak. Dari menerima menjadi rakus. Dari hemat menjadi boros. Dari produktif menjadi konsumtif. Dari aktif menjadi pasir.
Gerakan mahasiswa semakin sepi. Kualitas kritisisme menurun. Pola hedonis berkembang. Realitas sosial semakin rumit. Persaingan hidup semakin sulit. Religiusitas tergerus. Serangan pengusaha menggurita. Alam sudah rusak. Namun harapan akan Ngaliyan yang dulu ada tetap terjaga dalam pikiran orang yang pernah tinggal di dalamnya.

Post a Comment

0 Comments