Menanti Santri Baru di Ngaliyan, Semarang

Akhir bulan ini, banyak para pencari ilmu di perguruan tinggi yang akan memenuhi Ngaliyan, Semarang. Nantinya mereka akan tinggal di beberapa tempat, ada kos, kontrakan, asrama, ma'had dan pondok pesantren. Lima macam tempat tinggal di Ngaliyan.


Kos adalah suatu kamar yang disewakan untuk beberapa waktu. Kontrakan adalah satu rumah yang berisi satu kamar atau lebih. Asrama adalah beberapa kamar yang digunakan untuk tujuan asrama itu sendiri beserta beberapa kurikulum di dalamnya. Ma'had adalah semacam pondok pesantren di dalam kampus. Terakhir, pondok pesantren adalah bangunan dengan beberapa kamar, dilengkapi dengan beberapa kajian kitab kuning, dan diasuh oleh seorang kiai.
Tempat tinggal terakhir banyak dicari oleh calon mahasiswa dan orang tuanya. Kenapa? Pertama, kehidupan dan lingkungan pasti lebih terjaga dan terarah. Kedua, orang tua tidak perlu terlalu khawatir dengan perilaku anaknya. Ketiga, biaya lebih terjangkau. Dan pastinya, mahasiswa dapat ngalap berkah dari kiainya. Beberapa pondok pesantren banyak di Ngaliyan. Tinggal pilih mau yang nyaman, yang dekat kampus, yang banyak temannya. Atau yang lebih bebas lingkungannya.
Namun santri di sekitar kampus bukanlah santri yang ada di pondok pesantren besar terkenal seperti Sarang, Tebuireng, Kaliwungu dan lainnya. Santri di sekitar kampus dituntut untuk menjadi akademisi, yang berfikir bebas sekaligus tetap hormat dan takzim pada kiai. Selain menjadi aktivis organisasi, mereka juga dituntut untuk menjalani dan mematuhi peraturan pondok. Di samping itu, mereka juga harus ngaji di samping diskusi.
Sayangnya, beberapa tahun terakhir ini akhlak santri seperti terdegradasi. Maraknya sosial media menjadikan santri tidak begitu bergaul dengan teman kamarnya. Dekat di pondok, jauh di hati. Juga untuk mencapai foto terbaik di media sosial, harus pergi ke  mall atau tempat makan yang bergengsi. Merekasemakin tersibukkan oleh gadget dan kejar like atau comment di media sosial. Ngaji dianggap formalitas. Mondok dianggap ngekos. Teman dianggap obat nyamuk, ada tapi tidak ada. Kepedulian sosial juga berkurang. Urusan pondok ya urusan pengurus. Urusan teman ya urusan mereka.
Maka saatnya para pengurus, pembina dan pengasuh pondok pesantren di sekitar kampus untuk mengembalikan santri pada khitahnya. Para calon santri harus dibina dan diajarkan akhlak sosial dan pentingnya bersosialisasi di dunia nyata. Juga bagaimana pentingnya merasa memiliki pondok pesantren dan kemudian mengabdi dan tinggal sepenuh hati di dalamnya.

Post a Comment

0 Comments