BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
menempatkan kajian-kajian keagamaan sebagai basis utama pengajarannya.
Disamping itu pesantren juga sebagai lembaga yang mendidik para santri untuk
bisa menjadi manusia yang menjunjung tinggi etika keagamaan. Dari dua sisi
tersebut yaitu pendidikan akhlak dan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan, pesantren
ingin mengarahkan santrinya untuk menjadi ulama dan orang-orang yang mampu
mewarisi risalah Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, mereka juga mengambil
estafet moralitas keagamaan untuk membimbing masyarakat menuju ke masyarakat religius
yang menempatkan nilai-nilai agama dalam kehidupan.
Dilihat dari aspek pendidikan, pesantren
relatif telah mampu mencetak santri yang mempunyai tingkat moralitas yang cukup
memadai. Mereka disegani oleh masyarakatnya. Hal itu dibuktikan dengan peranan
mereka untuk memimpin berbagai macam upacara keagamaan dilingkungan mereka.
Dilihat dari aspek pengajaran, pesantren, terutama pesantren salaf, tetap
mempertahankan kurikulumnya sebagaimana apa yang diajarkan oleh sesepuh mereka terdahulu.
Kajian kitab kuning merupakan menu harian yang tidak banyak tersentuh oleh
perubahan zaman, baik dari segi materi maupun cara pengajarannya.
Al-Quran adalah kitab paling fenomenal yang
ada di muka bumi ini. Ia adalah satu-satunya kitab yang tidak pernah lapuk
dimakan zaman dan akan selalu dipelihara Allah Ta’ala.[1]
Ia bukan hanya pedoman bagi umat Islam, tapi juga petunjuk dan peringatan bagi
seluruh umat manusia, pemisah dari yang baik dan buruk, obat dari penyakit
hati, serta penjelas dari segala sesuatu. Tafsir merupakan ilmu untuk memahami
kitab yang diturunkan Allah Ta’ala pada Nabi Muhammad SAW beserta penjelasan
maknanya, menemukan hukum dan hikmahnya yang diambil dari ilmu lughah, nahwu,
tashrif, bayan, usul al-fiqh serta qira’at dan dibutuhkan untuk mengetahui
sebab turunnya ayat.[2]
Manna‘ al-Qattan (w. 1420 H) mengatakan bahwa tafsir merupakan penjelasan kalam
Allah yang dianggap beribadah dengan membacanya yang diturunkan pada Nabi
Muhammad SAW.[3]
Adapun hadis merupakan sumber kedua pedoman
dalam Islam,[4]
yang merupakan segala sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan, perilaku, sifat dan yang lainnya.[5]
Apa yang berasal dari Rasulullah SAW tersebut kemudian dibukukan oleh para imam
ahli hadis dalam kitab yang terkumpul dalam al-Kutub al-Tis’ah dan dalam
kitab-kitab hadis lain.
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan
salah satu Beban Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh bagi mahasiswa yang
telah menyelesaikan mata kuliahnya di jurusan masing-masing. Tujuan dari PPL
tersebut adalah mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh di kampus dengan
pengalaman praktik di lapangan sehingga keahlian khusus yang merupakan target
kompetensi program studi dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini, mahasiswa
jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang melakukan pelatihan
kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor
Semarang pada Selasa – Jumat, 19 – 22 Pebruari 2013.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan
ini adalah:
1.
Bagaimana pelaksanaan pelatihan
kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren al-Hikmah Pedurungan Lor
Semarang?
2.
Apa saja kendala pelatihan kitab
tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang?
3.
Bagaimana alternatif solusi atas
kendala pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren al-Hikmah
Pedurungan Lor Semarang?
C.
Tujuan
Dengan dilaksanakannya kegiatan PPL
ini, mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diterima di perkuliahan kepada
yang lain. Adapun tujuan dari kegiatan PPL ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan penguasaan dan
ketrampilan terhadap suatu disiplin kompetensi Tafsir dan Hadis, baik di
kalangan peserta PPL maupun para santri lokasi PPL.
2.
Untuk mengintegrasikan pengetahuan
yang diperoleh di kampus dengan pengalaman praktik di lapangan sehingga
keahlian khusus yang merupakan target kompetensi program studi dapat tercapai
dengan baik.
BAB II
PELAKSANAAN
PELATIHAN
A.
Profil Pesantren
al-Hikmah
Pondok Pesantren Al-Hikmah
Pedurungan Lor Semarang adalah lembaga pendidikan non formal yang berbentuk
pesantren di Kota Semarang yang orientasi utama pendidikannya adalah bagaimana
para santri yang belajar di pondok itu dapat belajar ilmu diniyah dan mengaji
Al-Qur’an dengan fasih dan tartil. Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor
dirintis oleh KH. Drs. M. Qodirun Nur beserta istrinya Ibu Nyai Hj. Nur
Mardliyah, AH. sekitar tahun 1985. Sampai saat ini, beliau mengasuh Pengasuh
Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor beserta istrinya.
Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Hikmah
Pedurungan Lor didirikan karena keinginan masyarakat sekitar untuk dapat
mengaji ilmu agama dan mengaji Al-Qur’an. Pada tahun 1986, pondok pesantren Al-Hikmah
belum memiliki asrama khusus untuk menampung santrinya. Hal ini dikarenakan
para santri masih bolak-balik (nglaju, bahasa jawa). Dan pelaksanaan
pengajian hanya dilaksanakan pada waktu sore setelah Ashar.
Semula yang mengaji adalah para
santrinya di Madrasah Aliyah Futuhiyah 1 Mranggen Demak di pagi harinya. Kemudian
pada sore harinya mereka ingin mendalami lebih jauh tentang ilmu Bahasa Arab
yaitu pelajaran nahwu dan sharaf serta kitab-kitab kuning lainnya.
Tidak lama kemudian banyak para remaja yang berdatangan dengan tujuan untuk
dapat mengaji Al-Qur’an serta menghafalkannya kepada istrinya. Pondok Pesantren
Al-Hikmah yang pada waktu itu di lingkungan kelurahan Pedurungan Lor pertama
kali mengkhususkan dirinya sebagai Pondok Tahfidzul Qur’an (pondok untuk
menghafalkan al-Qur’an).
Melihat semakin banyaknya santri
yang datang mengaji dan tinggal di kediaman beliau, maka pada tahun 1988
didirikanlah sebuah bangunan untuk asrama putri. Sedangkan kegiatan-kegiatan
pengajian masih dilakukan di rumah beliau. Dengan berdirinya Pondok Pesantren Al-Hikmah,
jumlah santri semakin bertambah dan meningkat, baik dari dalam maupun luar
daerah. Pada tahun 1990, asrama putri ditambah lokal baru berlantai dua dan
satu aula untuk kegiatan mengaji. Dan pada tahun 1992 Pondok Pesantren Al-Hikmah
tidak hanya mengasuh santri putri saja, tapi juga sudah mulai mengasuh santri
putra yang mulai tinggal menetap di asrama.[6]
Sekrang banyak para santri yang
berdatangan dari luar kota seperti Demak, Grobogan, Kendal dan Tegal. Pondok
Pesantren yang berasaskan Islam ‘ala Ahli Sunnah Wal Jama’ah ini lebih
berorientasi pada pengajian Al-Qur’an baik itu bin nadlor (melihat) , bil
ghoib (menghafal) serta qiroah sab’ah (tujuh macam bacaan); atau
sering dikenal dengan sebutan Pondok Qur’an. Di samping itu para santri juga
dibekali ilmu-ilmu agama seperti nahwu, shorof, fiqih, akhlak
dan hadis agar dapat menumbuhkan generasi Islami yang berakhlakul mulia.
Setiap Ahad pagi, pondok pesantren Al-Hikmah mengadakan sima'atul qur'an
(menyimak bacaan al-Qur’an) yang diasuh oleh Hj. Nur Mardliyah, AH dan diikuti
oleh para santri serta umum. Adapun pada hari Jum’at pagi, pengajian diasuh
oleh KH. Muhammad Qodirun Nur yang mengkaji kitab Ihya' Ulumuddin dan al-Hikam
yang diikuti santri serta umum.
Pondok Pesantren Al-Hikmah sekarang
memiliki santri sekitar 300 orang. Disamping mengaji dengan pengasuh, di pondok
juga ada Madrasah Diniyyah (MADIN) yang diikuti santri yang masih menuntut ilmu
di tingkat menengah pertama ataupun menengah atas. Di madrasah tersebut, para
santri mendapatkan berbagai ilmu-ilmu alat maupun agama seperti nahwu, shorof,
fiqih, akhlak, tauhid dan hadis. Aktivitas Madrasah
Diniyyah berlangsung pukul 20.00 – 21.00 WIB.
B.
Materi
Pelatihan
Adapun materi yang disampaikan
dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:
1.
Pelatihan Kitab Tafsir, meliputi:
a.
Tafsir Klasik, dengan kitab al-Durr
al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya ‘Abd al-Rahman bin Abu Bakar
al-Suyuthi
b.
Tafsir Modern, dengan kitab al-Mizan
fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad Husain al-Thabathaba'i
c.
Tafsir Kontemporer, dengan kitab at-Tafsir
al-Bayani li al-Qur’an al-Karim karya Aisyah Abdurrahman Bintu al-Syathi’
d.
Tafsir Indonesia, dengan kitab Al-Furqan
fi Tafsir al-Qur’an oleh Ahmad Hassan
Selain menggunakan empat kitab
diatas, materi tentang tafsir, periodisasi, para mufasir dan hal-hal lain yang
terkait dengan tafsir juga dijelaskan dalam pelatihan ini.
2.
Takhrij Hadits, menggunakan al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi karya A.J Wensinck dkk. Disamping
secara manual, dijelaskan juga seputar takhrij hadis digital dengan beberapa
perangkat lunak.
C.
Para Peserta
Para peserta
adalah santri putra dan putri Pondok Pesantren Al-Hikmah yang mengikuti
Madrasah Diniyyah, terdiri dari tiga kelas putra dan tiga kelas putri. Kemudian
tiap kelas putri dibagi menjadi dua dan kelasnya menjadi enam kelas putri. Jadi
jumlah keseluruhan kelas ada sembilan, dengan tiap kelas berjumlah sekitar 20-30
santri. Jumlah santrinya ada sekitar 200 santri.
D.
Manual Acara
Pelatihan
Selasa, 19 Februari
2013
|
||
Waktu
|
Kegiatan
|
Tempat
|
14.00 – 15.00 WIB
|
Perjalanan ke lokasi
|
-
|
15.00 – 16.00 WIB
|
Serah terima peserta dari dosen pembimbing ke pengasuh pondok
|
Rumah pengasuh
|
16.00 – 17.00 WIB
|
Briefing materi tafsir bersama
|
Pondok putra
|
17.00 – 20.00 WIB
|
ISHOMA
|
-
|
19.30 – 20.30 WIB
|
Ta’aruf peserta dengan pengurus dan santri
|
Aula pondok pesantren
|
20.30 –
21.30 WIB
|
Pelatihan kitab tafsir lintas periode
|
Masing-masing kelas
|
21.30 – 22.00 WIB
|
Evaluasi pelatihan di kelas
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
22.30 – 04.15 WIB
|
Istirahat
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
04.15 – 05.00 WIB
|
Jama’ah
|
Masjid pondok
|
05.00 – 14.00 WIB
|
Aktivitas masing-masing peserta
|
-
|
Rabu, 20 Februari
2013
|
||
Waktu
|
Kegiatan
|
Tempat
|
14.00 – 17.00 WIB
|
Briefing materi dan evaluasi pelatihan bersama
|
Pondok putra
|
17.00 – 20.00 WIB
|
ISHOMA
|
-
|
20.00 – 21.00 WIB
|
Pelatihan takhrij hadis manual
|
Masing-masing kelas
|
21.00 – 21.30 WIB
|
Evaluasi pelatihan di kelas
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
21.30 – 04.15 WIB
|
Istirahat
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
04.15 – 05.00 WIB
|
Jama’ah
|
Masjid pondok
|
05.00 – 14.00 WIB
|
Aktivitas masing-masing peserta
|
-
|
Kamis, 21
Februari 2013
|
||
Waktu
|
Kegiatan
|
Tempat
|
14.00 – 17.00 WIB
|
Briefing review materi di perpisahan
|
Pondok putra
|
17.00 – 18.30 WIB
|
ISHOMA
|
-
|
18.30 – 19.30 WIB
|
Dziba’an dan shalawatan
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
19.30 – 20.30 WIB
|
Review materi pelatihan bersama seluruh peserta dan santri
|
Aula pondok pesantren
|
20.30 – 21.30 WIB
|
Perpisahan peserta dengan pengurus dan santri
|
Aula pondok pesantren
|
21.30 – 04.15 WIB
|
Istirahat
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
Jum’at, 22
Februari 2013
|
||
04.15 – 05.00 WIB
|
Jama’ah
|
Masjid pondok
|
05.00 – 07.00 WIB
|
Aktivitas masing-masing peserta
|
-
|
07.00 – 08.00 WIB
|
Sarapan dan packing barang bawaan
|
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
|
08.00 – 09.00 WIB
|
Ngaji Ihya’ Ulumuddin dan al-Hikam
|
Aula pondok pesantren
|
09.00 – 10.00 WIB
|
Penarikan peserta dari pengasuh pondok oleh dosen pembimbing
|
Rumah pengasuh
|
10.00 – 11.00 WIB
|
Perjalanan ke kampus
|
-
|
E.
Rekaman Proses
Pelatihan
Secara umum, rekaman proses
pelatihan yang berlangsung selama dua hari adalah sebagai berikut:
1.
Perkenalan antara peserta PPL dan
santri (hanya pada hari pertama)
2.
Penyampaian materi tafsir (pada
hari pertama) dan takhrij (pada hari kedua)
3.
Demonstrasi kitab tafsir (pada hari
pertama) dan takhrij (pada hari kedua)
4.
Praktek memahami sistematika
penulisan dan konten tafsir melalui kitab yang ada di masing-masing kelas (pada
hari pertama) dan takhrij hadis melalui kitab yang ada di masing-masing kelas
(pada hari kedua)
F.
Rekaman Tanya
Jawab
1.
S: Dalam penjelasan tadi dijelaskan
tentang perkembangan tafsir dikalangan nabi, shahabat, dan tabi’in. Sebenarnya
tabi’in itu siapa?
J: Tabi’in adalah mereka yang beriman pada
Rasulullah dan pernah bertemu dengan sahabat secara langsung, walaupun masih
kecil. Tetapi mereka tidak bertemu Rasulullah
2.
S: Bagaimana perbedaan karakter
tafsir pada masa dulu dan masa sekarang?
J: Tafsir masa dulu lebih banyak memfokuskan
penafsiran dengan ketuhanan, kenabian dan lainnya yang bersifat teologis
(terkait dengan ketuhanan). Adapun tafsir pada masa sekarang banyak yang fokus
pada adab ijtima’i (sosial kemasyarakatan) dan problem yang dihadapi
umat Islam sekarang
3.
S: Mengapa kakak peserta PPL ini
memilih kuliah di jurusan Tafsir Hadis?
J: Karena didalamnya kita dapat mempelajari
langsung sumber agama Islam. Di samping itu, kita juga bisa mendapatkan
disiplin ilmu lain seperti filsafat, fikih, sans dan yang lainnya yang
berkaitan dengan Tafsir dan Hadis
4.
S: Bagaimana cara memahami tafsir
secara mudah?
J: Jika kita belajar sesuatu belajarlah dengan
hati. Apalagi al-Qur’an adalah kitab Allah bukan buku biasa, jadi kita harus
memperlakukannya lebih istimewa lagi.
5.
S: Mengapa memilih fakultas
Ushuluddin?
J: Kita kuliah bukan niat cari kerja tapi
bagaimana kita mengisi kekosongan pada
tiap tempat. Jika kalian berminat pada fakultas kedokteran, sastra atau manapun
silahkan masuki tapi satu, niat harus tetap karena ridlo Allah.
6.
S: Kenapa banyak organisasi yang dasarnya
mengatasnamakan al-Qur’an dan Hadis tapi malah membuat orang lain takut dan menderita?
J: Itu karena mereka salah dalam memahami
al-Qur’an dan Hadis. Atau bisa jadi mereka hanya tahu satu penafsiran ayat atau
satu pemaknaan hadis. Sehingga tidak tahu bagaimana seharusnya ayat dan hadis
difahami dan memahaminya dengan apa adanya. Atau bisa jadi tidak ada orang yang
bisa menjelaskan bagaimana seharusnya cara memahami al-Qur’an dan Hadis.
BAB III
KENDALA PELATIHAN
KENDALA PELATIHAN
A.
Media
Pelatihan
1.
Terbatasnya kitab yang digunakan,
karena harus di bagi dengan kelompok lain.
2.
Waktu yang terbatas bagi pemateri
dalam penyampaian materi.
3.
Jam pengajaran MADIN yang digunakan
pelatihan adalah setelah Isya’. Sementara kelas 3 semua pulang sore karena
mengikuti banyak les tambahan, sehingga siswa sudah dalam keadaan sangat lelah.
4.
Keterbatasan ruangan belajar
5.
Tidak adanya peralatan tulis berupa
papan tulis, alat tulis, proyektor, kitab dan perangkat lainnya yang menjadikan
pelajaran kurang dipahami secara maksimal
6.
Keterbatasan waktu yang telah
ditetapkan oleh pihak pengurus pesantren memaksa kami untuk memberikan materi
sebagian saja, karena kalau semua materi diberikan akan selesai hingga larut
malam, padahal kebanyakan mereka harus berangkat ke sekolah esok harinya
B.
Metode
Pelatihan
1.
Antusiasme santri kurang karena
materi telah diajarkan oleh peserta KKL tahun sebelumnya
2.
Kejenuhan para santri ketika
menerima materi
3.
Keterbatasan waktu sehingga penyampaian
materi kurang maksimal
4.
Tidak adanya santri memberikan
pertanyaan, yang menandakan bahwa para santri masih kurang memahami dengan
materi yang kami berikan, sehingga mereka hanya diam dan mendengarkan sampai selesai
proses belajar mengajar
5.
Hanya terbatas pada kitab tertentu,
sehingga pemahaman kurang menyeluruh
C.
Penguasaan
Materi
1.
Penguasaan materi dari pemateri
sudah sangat baik. Karena kerjasama yang baik antara pemateri satu dengan yang
lain sehingga bisa saling melengkapi.
2.
Penguasaan materi dari siswa
terhitung cukup baik jika dilihat dari latar belakang sekolah yang
berbeda-beda. Namun perlu menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan
materi tafsir hadis, serta yang menggunakan bahasa Arab. Hal ini Karena
terbatasnya penguasaan siswa pada materi terkait.
3.
Pada materi Tafsir, pemateri
memberikan contoh saja tidak berupa praktik. Namun, pada materi hadits,
pemateri mencoba mengubah suasana yang pada awalnya tegang menjadi santai,
dengan memberikan praktikum pada santri untuk mencari hadits dalam kitab
hadits, sehingga para santri aktif dalam praktik pencarian hadits tersebut.
BAB IV
ALTERNATIF
SOLUSI
1.
Mengemas materi pengajaran menjadi
menarik sehingga kendala-kendala yang bersifat teknis bisa dikurangi. Seperti
memberikan beberapa humor atau motivasi untuk siswa, serta memberikan contoh
penafsiran yang menarik untuk siswa.
2.
Membuat para santri senang dengan
materi yang akan disampaikan dan dengan pelan-pelan menyampaikan secara umum
materi yang akan disampaikan, dengan garis besar terkait dengan ilmu tafsir.
3.
Menyuruh santri menulis penjelasan
yang disampaikan sehingga tanpa papan tulis pun santri bisa menerima materi
dengan maksimal.
4.
Perlunya perpanjangan waktu
sehingga materi yang disampaikan bisa maksimal agar penyampaian materi bisa
sesuai dengan target
5.
Tidak samanya kemampuan santri
dalam menerima materi memerlukan pengulangan materi yang memang belum jelas dan
mengadakan tanya jawab.
6.
Pemateri menerangkan secara detail
sehingga para santri diharapkan mengerti tentang materi yang dalam bidang tafsir
dan hadis
7.
Perlunya jurusan untuk
berkoordinasi dengan peserta perihal materi agar tidak sama dengan tahun
sebelumnya
8.
Untuk menyiasati keterbatasan
ruangan, atas persetujuan pengajar lain, kami menggabungkan diri dengan kelas
lain, yaitu dengan kelas 1a putri menjadi satu lokasi.
9.
Tidak adanya papan tulis kami
siasati dengan cara berkeliling kepada para santri, sehingga santri memahami
apa yang kami maksudkan
10. Kekurangan
kitab bisa diatasi dengan cara mempraktekkan pemahaman suatu kitab tafsir atau
proses penelusuran hadis yang ada pada satu kitab saja, sehingga penelusuran
bisa berjalan dengan lancar.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pemahaman kitab tafsir sangat
penting. Dengan memahami kitabnya, maka biografi pengarang, guru dan muridnya,
karangannya, sistematika penulisan, kelebihan dan kekurangannya dapat diketahui
oleh santri sejak dini. Hal ini bisa memudahkan santri bilamana ia ingin
mempelajari kitab tersebut, terlebih yang berjilid-jilid. Disamping itu, santri
juga bisa membandingkan kitab tersebut dengan kitab yang dipelajarinya serta
bisa memahami kitab tafsir tersebut dengan obyektif.[7]
Adapun pencarian hadis kepada
sumbernya dengan takhrij sangat membantu santri untuk melacak hadis atau
ungkapan yang dianggap sebagai hadis pada sumber aslinya.[8]
Ini dikarenakan beberapa santri bertanya ungkapan yang dianggap sebagai hadis,
tetapi itu hanya maqalah atau kata-kata bijak yang populer dianggap
sebagai hadis. Sementara itu santri bisa melacak langsung kepada sumber asli
sehingga bisa menghindari klaim kebenaran tunggal dari makna hadis tersebut.
Apabila tafsir dan hadis
dasar-dasarnya dapat dikuasai, maka santri tidak akan kaku ketika menafsiri
suatu ayat atau hadis. Terlebih menuduh sesat atas beberapa kitab tafsir tanpa
mengetahui kebenaran dalil serta alasan pembuatan kitab tafsir dan hadis tersebut.[9]
B.
SARAN
Dari PPL yang telah kami jalani di Pondok
Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang, ada beberapa saran yang perlu
ditindaklanjuti:
1.
Pelatihan kitab tafsir dan takhrij
hadits di lembaga keagamaan seperti di Departemen Agama di beberapa kota,
organisasi keagamaan dan lembaga pendidikan non pesantren
2.
Pelatihan kitab tafsir dan takhrij
hadits yang berkelanjutan tempat lokasi PPL sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat setelah lulus kuliah yang difasilitasi oleh pihak kampus
3.
Pelatihan tafsir dan hadits tingkat
lanjut, yaitu tentang metode penafsiran dan pemaknaan hadis agar pengetahuan
yang diberikan selama masa kuliah bisa ditularkan secara merata, tidak fokus di
pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadis saja
DAFTAR PUSTAKA
-
Abd al-Mahdi bin ‘Abd al-Qadir, Thuruq
Takhrij Hadits Rasul Allah Shalla Allah ‘Alayh wa Sallam, Kairo: Dar
al-I’tisham, tt.
-
Buku Wisuda
Pondok Pesantren Al-Hikmah Tahun 2009
-
Husayn bin ‘Ali al-Harbi, Qawa‘id
al-Tarjih ‘Inda al-Mufassirin Dirasah Nazariyyah Tathbiqiyyah, Riyadh: Dar
al-Qalam, 1996, cet. II
-
M. ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul
al-Hadits ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1975, cet. III
hal. 27
-
M. Husayn al-Dzahabi, al-Ittijahat
al-Munharifah fi Tafsur al-Qur’an al-Karim Dawafi’uha wa Daf’uha dalam Buhuts
fi ‘Ulum al-Tafsir wa al-Fiqh wa al-Da’wah, Kairo: Dar al-Hadits, 2005
-
Muhammad bin ‘Abd Allah
al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (tahqiq Muhammad Abu al-Fadl
Ibrahim), Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1957, cet I
-
Wawancara dengan Pengurus Pesantren
Al-Hikmah pada Kamis, 21 Februari 2013 di ruang tamu pengurus pukul 16.00 WIB
LAMPIRAN
DAFTAR PESERTA
PPL SEMESTER GENAP 2012/2013
JURUSAN TAFSIR
HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN WALISONGO
SEMARANG
KELOMPOK II
No
|
NIM
|
Nama
|
Kelompok
|
Jenis
Kelamin
|
1
|
094211064
|
Muhammad Akmaluddin
|
Koordinator
|
L
|
2
|
094211004
|
Ahmad Saiful Ulum
|
Sekretaris
|
L
|
3
|
094211006
|
Andra Isnaini
|
Anggota
|
L
|
4
|
094211027
|
Tutik Malichah
|
Anggota
|
P
|
5
|
094211030
|
Devi Mumayasari
|
Bendahara
|
P
|
6
|
094211032
|
Purnomo
|
Anggota
|
L
|
7
|
094211038
|
Khusnul Murod
|
Anggota
|
L
|
8
|
094211043
|
Akhmad Rifa`i Ma`ruf
|
Anggota
|
L
|
9
|
094211048
|
Aufal Khima
|
Anggota
|
P
|
10
|
094211050
|
Bagus Irawan
|
Anggota
|
L
|
11
|
094211057
|
Lukman Hakim W
|
Anggota
|
L
|
12
|
094211062
|
Muhammad Taufik
|
Anggota
|
L
|
13
|
094211070
|
Shohibul Habib
|
Anggota
|
L
|
14
|
094211059
|
Moh. As`ad Kholil Alim
|
Anggota
|
L
|
Jumlah L
|
11
|
|||
Jumlah P
|
3
|
|||
Jumlah Total
|
14
|
[2] Muhammad bin ‘Abd Allah al-Zarkasyi, al-Burhan
fi ‘Ulum al-Qur’an, (tahqiq Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim), Beirut: Dar
al-Ma‘rifah, 1957, cet I vol I hal. 13
[3] Husayn bin ‘Ali al-Harbi, Qawa‘id
al-Tarjih ‘Inda al-Mufassirin Dirasah Nazariyyah Tathbiqiyyah, Riyadh: Dar
al-Qalam, 1996, cet. II hal. 31 – 31
[5] M. ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu
wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1975, cet. III hal. 27
[6] Dari Buku Wisuda Pondok Pesantren
Al-Hikmah Tahun 2009 dan wawancara dengan Pengurus Pesantren Al-Hikmah pada
Kamis, 21 Februari 2013 di ruang tamu pengurus pukul 16.00 WIB
[7] M. Husayn al-Dzahabi, al-Ittijahat
al-Munharifah fi Tafsur al-Qur’an al-Karim Dawafi’uha wa Daf’uha dalam Buhuts
fi ‘Ulum al-Tafsir wa al-Fiqh wa al-Da’wah, Kairo: Dar al-Hadits, 2005
[8] ‘Abd al-Mahdi bin ‘Abd al-Qadir, Thuruq
Takhrij Hadits Rasul Allah Shalla Allah ‘Alayh wa Sallam, Kairo: Dar
al-I’tisham, tt.
Social Plugin