Training Takhrij Hadis dan Kendalanya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menempatkan kajian-kajian keagamaan sebagai basis utama pengajarannya. Disamping itu pesantren juga sebagai lembaga yang mendidik para santri untuk bisa menjadi manusia yang menjunjung tinggi etika keagamaan. Dari dua sisi tersebut yaitu pendidikan akhlak dan pengajaran ilmu-ilmu keagamaan, pesantren ingin mengarahkan santrinya untuk menjadi ulama dan orang-orang yang mampu mewarisi risalah Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, mereka juga mengambil estafet moralitas keagamaan untuk membimbing masyarakat menuju ke masyarakat religius yang menempatkan nilai-nilai agama dalam kehidupan.
Dilihat dari aspek pendidikan, pesantren relatif telah mampu mencetak santri yang mempunyai tingkat moralitas yang cukup memadai. Mereka disegani oleh masyarakatnya. Hal itu dibuktikan dengan peranan mereka untuk memimpin berbagai macam upacara keagamaan dilingkungan mereka. Dilihat dari aspek pengajaran, pesantren, terutama pesantren salaf, tetap mempertahankan kurikulumnya sebagaimana apa yang diajarkan oleh sesepuh mereka terdahulu. Kajian kitab kuning merupakan menu harian yang tidak banyak tersentuh oleh perubahan zaman, baik dari segi materi maupun cara pengajarannya.
Al-Quran adalah kitab paling fenomenal yang ada di muka bumi ini. Ia adalah satu-satunya kitab yang tidak pernah lapuk dimakan zaman dan akan selalu dipelihara Allah Ta’ala.[1] Ia bukan hanya pedoman bagi umat Islam, tapi juga petunjuk dan peringatan bagi seluruh umat manusia, pemisah dari yang baik dan buruk, obat dari penyakit hati, serta penjelas dari segala sesuatu. Tafsir merupakan ilmu untuk memahami kitab yang diturunkan Allah Ta’ala pada Nabi Muhammad SAW beserta penjelasan maknanya, menemukan hukum dan hikmahnya yang diambil dari ilmu lughah, nahwu, tashrif, bayan, usul al-fiqh serta qira’at dan dibutuhkan untuk mengetahui sebab turunnya ayat.[2] Manna‘ al-Qattan (w. 1420 H) mengatakan bahwa tafsir merupakan penjelasan kalam Allah yang dianggap beribadah dengan membacanya yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW.[3]
Adapun hadis merupakan sumber kedua pedoman dalam Islam,[4] yang merupakan segala sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, perilaku, sifat dan yang lainnya.[5] Apa yang berasal dari Rasulullah SAW tersebut kemudian dibukukan oleh para imam ahli hadis dalam kitab yang terkumpul dalam al-Kutub al-Tis’ah dan dalam kitab-kitab hadis lain.
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu Beban Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliahnya di jurusan masing-masing. Tujuan dari PPL tersebut adalah mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh di kampus dengan pengalaman praktik di lapangan sehingga keahlian khusus yang merupakan target kompetensi program studi dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini, mahasiswa jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang melakukan pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang pada Selasa – Jumat, 19 – 22 Pebruari 2013.



B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah:
1.      Bagaimana pelaksanaan pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang?
2.      Apa saja kendala pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang?
3.      Bagaimana alternatif solusi atas kendala pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits di Pondok Pesantren al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang?

C.    Tujuan
Dengan dilaksanakannya kegiatan PPL ini, mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diterima di perkuliahan kepada yang lain. Adapun tujuan dari kegiatan PPL ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk meningkatkan penguasaan dan ketrampilan terhadap suatu disiplin kompetensi Tafsir dan Hadis, baik di kalangan peserta PPL maupun para santri lokasi PPL.
2.      Untuk mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh di kampus dengan pengalaman praktik di lapangan sehingga keahlian khusus yang merupakan target kompetensi program studi dapat tercapai dengan baik.



BAB II
PELAKSANAAN PELATIHAN

A.    Profil Pesantren al-Hikmah
Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang adalah lembaga pendidikan non formal yang berbentuk pesantren di Kota Semarang yang orientasi utama pendidikannya adalah bagaimana para santri yang belajar di pondok itu dapat belajar ilmu diniyah dan mengaji Al-Qur’an dengan fasih dan tartil. Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor dirintis oleh KH. Drs. M. Qodirun Nur beserta istrinya Ibu Nyai Hj. Nur Mardliyah, AH. sekitar tahun 1985. Sampai saat ini, beliau mengasuh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor beserta istrinya.
Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor didirikan karena keinginan masyarakat sekitar untuk dapat mengaji ilmu agama dan mengaji Al-Qur’an. Pada tahun 1986, pondok pesantren Al-Hikmah belum memiliki asrama khusus untuk menampung santrinya. Hal ini dikarenakan para santri masih bolak-balik (nglaju, bahasa jawa). Dan pelaksanaan pengajian hanya dilaksanakan pada waktu sore setelah Ashar.
Semula yang mengaji adalah para santrinya di Madrasah Aliyah Futuhiyah 1 Mranggen Demak di pagi harinya. Kemudian pada sore harinya mereka ingin mendalami lebih jauh tentang ilmu Bahasa Arab yaitu pelajaran nahwu dan sharaf serta kitab-kitab kuning lainnya. Tidak lama kemudian banyak para remaja yang berdatangan dengan tujuan untuk dapat mengaji Al-Qur’an serta menghafalkannya kepada istrinya. Pondok Pesantren Al-Hikmah yang pada waktu itu di lingkungan kelurahan Pedurungan Lor pertama kali mengkhususkan dirinya sebagai Pondok Tahfidzul Qur’an (pondok untuk menghafalkan al-Qur’an).
Melihat semakin banyaknya santri yang datang mengaji dan tinggal di kediaman beliau, maka pada tahun 1988 didirikanlah sebuah bangunan untuk asrama putri. Sedangkan kegiatan-kegiatan pengajian masih dilakukan di rumah beliau. Dengan berdirinya Pondok Pesantren Al-Hikmah, jumlah santri semakin bertambah dan meningkat, baik dari dalam maupun luar daerah. Pada tahun 1990, asrama putri ditambah lokal baru berlantai dua dan satu aula untuk kegiatan mengaji. Dan pada tahun 1992 Pondok Pesantren Al-Hikmah tidak hanya mengasuh santri putri saja, tapi juga sudah mulai mengasuh santri putra yang mulai tinggal menetap di asrama.[6]
Sekrang banyak para santri yang berdatangan dari luar kota seperti Demak, Grobogan, Kendal dan Tegal. Pondok Pesantren yang berasaskan Islam ‘ala Ahli Sunnah Wal Jama’ah ini lebih berorientasi pada pengajian Al-Qur’an baik itu bin nadlor (melihat) , bil ghoib (menghafal) serta qiroah sab’ah (tujuh macam bacaan); atau sering dikenal dengan sebutan Pondok Qur’an. Di samping itu para santri juga dibekali ilmu-ilmu agama seperti nahwu, shorof, fiqih, akhlak dan hadis agar dapat menumbuhkan generasi Islami yang berakhlakul mulia. Setiap Ahad pagi, pondok pesantren Al-Hikmah mengadakan sima'atul qur'an (menyimak bacaan al-Qur’an) yang diasuh oleh Hj. Nur Mardliyah, AH dan diikuti oleh para santri serta umum. Adapun pada hari Jum’at pagi, pengajian diasuh oleh KH. Muhammad Qodirun Nur yang mengkaji kitab Ihya' Ulumuddin dan al-Hikam yang diikuti santri serta umum.
Pondok Pesantren Al-Hikmah sekarang memiliki santri sekitar 300 orang. Disamping mengaji dengan pengasuh, di pondok juga ada Madrasah Diniyyah (MADIN) yang diikuti santri yang masih menuntut ilmu di tingkat menengah pertama ataupun menengah atas. Di madrasah tersebut, para santri mendapatkan berbagai ilmu-ilmu alat maupun agama seperti nahwu, shorof, fiqih, akhlak, tauhid dan hadis. Aktivitas Madrasah Diniyyah berlangsung pukul 20.00 – 21.00 WIB.



B.     Materi Pelatihan
Adapun materi yang disampaikan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:
1.      Pelatihan Kitab Tafsir, meliputi:
a.       Tafsir Klasik, dengan kitab al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya ‘Abd al-Rahman bin Abu Bakar al-Suyuthi
b.      Tafsir Modern, dengan kitab al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad Husain al-Thabathaba'i
c.       Tafsir Kontemporer, dengan kitab at-Tafsir al-Bayani li al-Qur’an al-Karim karya Aisyah Abdurrahman Bintu al-Syathi’
d.      Tafsir Indonesia, dengan kitab Al-Furqan fi Tafsir al-Qur’an oleh Ahmad Hassan
Selain menggunakan empat kitab diatas, materi tentang tafsir, periodisasi, para mufasir dan hal-hal lain yang terkait dengan tafsir juga dijelaskan dalam pelatihan ini.

2.      Takhrij Hadits, menggunakan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawi karya A.J Wensinck dkk. Disamping secara manual, dijelaskan juga seputar takhrij hadis digital dengan beberapa perangkat lunak.

C.    Para Peserta
Para peserta adalah santri putra dan putri Pondok Pesantren Al-Hikmah yang mengikuti Madrasah Diniyyah, terdiri dari tiga kelas putra dan tiga kelas putri. Kemudian tiap kelas putri dibagi menjadi dua dan kelasnya menjadi enam kelas putri. Jadi jumlah keseluruhan kelas ada sembilan, dengan tiap kelas berjumlah sekitar 20-30 santri. Jumlah santrinya ada sekitar 200 santri.



D.    Manual Acara Pelatihan


Selasa, 19 Februari 2013
Waktu
Kegiatan
Tempat
14.00 – 15.00 WIB
Perjalanan ke lokasi
-
15.00 – 16.00 WIB
Serah terima peserta dari dosen pembimbing ke pengasuh pondok
Rumah pengasuh
16.00 – 17.00 WIB
Briefing materi tafsir bersama
Pondok putra
17.00 – 20.00 WIB
ISHOMA
-
19.30 – 20.30 WIB
Ta’aruf peserta dengan pengurus dan santri
Aula pondok pesantren
20.30 – 21.30 WIB
Pelatihan kitab tafsir lintas periode
Masing-masing kelas
21.30 – 22.00 WIB
Evaluasi pelatihan di kelas
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
22.30 – 04.15 WIB
Istirahat
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
04.15 – 05.00 WIB
Jama’ah
Masjid pondok
05.00 – 14.00 WIB
Aktivitas masing-masing peserta
-

Rabu, 20 Februari 2013
Waktu
Kegiatan
Tempat
14.00 – 17.00 WIB
Briefing materi dan evaluasi pelatihan bersama
Pondok putra
17.00 – 20.00 WIB
ISHOMA
-
20.00 – 21.00 WIB
Pelatihan takhrij hadis manual
Masing-masing kelas
21.00 – 21.30 WIB
Evaluasi pelatihan di kelas
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
21.30 – 04.15 WIB
Istirahat
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
04.15 – 05.00 WIB
Jama’ah
Masjid pondok
05.00 – 14.00 WIB
Aktivitas masing-masing peserta
-

Kamis, 21 Februari 2013
Waktu
Kegiatan
Tempat
14.00 – 17.00 WIB
Briefing review materi di perpisahan
Pondok putra
17.00 – 18.30 WIB
ISHOMA
-
18.30 – 19.30 WIB
Dziba’an dan shalawatan
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
19.30 – 20.30 WIB
Review materi pelatihan bersama seluruh peserta dan santri
Aula pondok pesantren
20.30 – 21.30 WIB
Perpisahan peserta dengan pengurus dan santri
Aula pondok pesantren
21.30 – 04.15 WIB
Istirahat
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)

Jum’at, 22 Februari 2013
04.15 – 05.00 WIB
Jama’ah
Masjid pondok
05.00 – 07.00 WIB
Aktivitas masing-masing peserta
-
07.00 – 08.00 WIB
Sarapan dan packing barang bawaan
Pondok putra (bagi putra) dan putri (bagi putri)
08.00 – 09.00 WIB
Ngaji Ihya’ Ulumuddin dan al-Hikam
Aula pondok pesantren
09.00 – 10.00 WIB
Penarikan peserta dari pengasuh pondok oleh dosen pembimbing
Rumah pengasuh
10.00 – 11.00 WIB
Perjalanan ke kampus
-



E.     Rekaman Proses Pelatihan
Secara umum, rekaman proses pelatihan yang berlangsung selama dua hari adalah sebagai berikut:
1.      Perkenalan antara peserta PPL dan santri (hanya pada hari pertama)
2.      Penyampaian materi tafsir (pada hari pertama) dan takhrij (pada hari kedua)
3.      Demonstrasi kitab tafsir (pada hari pertama) dan takhrij (pada hari kedua)
4.      Praktek memahami sistematika penulisan dan konten tafsir melalui kitab yang ada di masing-masing kelas (pada hari pertama) dan takhrij hadis melalui kitab yang ada di masing-masing kelas (pada hari kedua)

F.     Rekaman Tanya Jawab
1.      S: Dalam penjelasan tadi dijelaskan tentang perkembangan tafsir dikalangan nabi, shahabat, dan tabi’in. Sebenarnya tabi’in itu siapa?
J: Tabi’in adalah mereka yang beriman pada Rasulullah dan pernah bertemu dengan sahabat secara langsung, walaupun masih kecil. Tetapi mereka tidak bertemu Rasulullah
2.      S: Bagaimana perbedaan karakter tafsir pada masa dulu dan masa sekarang?
J: Tafsir masa dulu lebih banyak memfokuskan penafsiran dengan ketuhanan, kenabian dan lainnya yang bersifat teologis (terkait dengan ketuhanan). Adapun tafsir pada masa sekarang banyak yang fokus pada adab ijtima’i (sosial kemasyarakatan) dan problem yang dihadapi umat Islam sekarang
3.      S: Mengapa kakak peserta PPL ini memilih kuliah di jurusan Tafsir Hadis?
J: Karena didalamnya kita dapat mempelajari langsung sumber agama Islam. Di samping itu, kita juga bisa mendapatkan disiplin ilmu lain seperti filsafat, fikih, sans dan yang lainnya yang berkaitan dengan Tafsir dan Hadis
4.      S: Bagaimana cara memahami tafsir secara mudah?
J: Jika kita belajar sesuatu belajarlah dengan hati. Apalagi al-Qur’an adalah kitab Allah bukan buku biasa, jadi kita harus memperlakukannya lebih istimewa lagi.
5.      S: Mengapa memilih fakultas Ushuluddin?
J: Kita kuliah bukan niat cari kerja tapi bagaimana kita mengisi kekosongan  pada tiap tempat. Jika kalian berminat pada fakultas kedokteran, sastra atau manapun silahkan masuki tapi satu, niat harus tetap karena ridlo Allah.
6.      S: Kenapa banyak organisasi yang dasarnya mengatasnamakan al-Qur’an dan Hadis tapi malah membuat orang lain takut dan menderita?
J: Itu karena mereka salah dalam memahami al-Qur’an dan Hadis. Atau bisa jadi mereka hanya tahu satu penafsiran ayat atau satu pemaknaan hadis. Sehingga tidak tahu bagaimana seharusnya ayat dan hadis difahami dan memahaminya dengan apa adanya. Atau bisa jadi tidak ada orang yang bisa menjelaskan bagaimana seharusnya cara memahami al-Qur’an dan Hadis.


BAB III
KENDALA PELATIHAN

A.    Media Pelatihan
1.      Terbatasnya kitab yang digunakan, karena harus di bagi dengan kelompok lain.
2.      Waktu yang terbatas bagi pemateri dalam penyampaian materi.
3.      Jam pengajaran MADIN yang digunakan pelatihan adalah setelah Isya’. Sementara kelas 3 semua pulang sore karena mengikuti banyak les tambahan, sehingga siswa sudah dalam keadaan sangat lelah.
4.      Keterbatasan ruangan belajar
5.      Tidak adanya peralatan tulis berupa papan tulis, alat tulis, proyektor, kitab dan perangkat lainnya yang menjadikan pelajaran kurang dipahami secara maksimal
6.      Keterbatasan waktu yang telah ditetapkan oleh pihak pengurus pesantren memaksa kami untuk memberikan materi sebagian saja, karena kalau semua materi diberikan akan selesai hingga larut malam, padahal kebanyakan mereka harus berangkat ke sekolah esok harinya

B.     Metode Pelatihan
1.      Antusiasme santri kurang karena materi telah diajarkan oleh peserta KKL tahun sebelumnya
2.      Kejenuhan para santri ketika menerima materi
3.      Keterbatasan waktu sehingga penyampaian materi kurang maksimal
4.      Tidak adanya santri memberikan pertanyaan, yang menandakan bahwa para santri masih kurang memahami dengan materi yang kami berikan, sehingga mereka hanya diam dan mendengarkan sampai selesai proses belajar mengajar
5.      Hanya terbatas pada kitab tertentu, sehingga pemahaman kurang menyeluruh


C.    Penguasaan Materi
1.      Penguasaan materi dari pemateri sudah sangat baik. Karena kerjasama yang baik antara pemateri satu dengan yang lain sehingga bisa saling melengkapi.
2.      Penguasaan materi dari siswa terhitung cukup baik jika dilihat dari latar belakang sekolah yang berbeda-beda. Namun perlu menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan materi tafsir hadis, serta yang menggunakan bahasa Arab. Hal ini Karena terbatasnya penguasaan siswa pada materi terkait.
3.      Pada materi Tafsir, pemateri memberikan contoh saja tidak berupa praktik. Namun, pada materi hadits, pemateri mencoba mengubah suasana yang pada awalnya tegang menjadi santai, dengan memberikan praktikum pada santri untuk mencari hadits dalam kitab hadits, sehingga para santri aktif dalam praktik pencarian hadits tersebut.




BAB IV
ALTERNATIF SOLUSI

1.      Mengemas materi pengajaran menjadi menarik sehingga kendala-kendala yang bersifat teknis bisa dikurangi. Seperti memberikan beberapa humor atau motivasi untuk siswa, serta memberikan contoh penafsiran yang menarik untuk siswa.
2.      Membuat para santri senang dengan materi yang akan disampaikan dan dengan pelan-pelan menyampaikan secara umum materi yang akan disampaikan, dengan garis besar terkait dengan ilmu tafsir.
3.      Menyuruh santri menulis penjelasan yang disampaikan sehingga tanpa papan tulis pun santri bisa menerima materi dengan maksimal.
4.      Perlunya perpanjangan waktu sehingga materi yang disampaikan bisa maksimal agar penyampaian materi bisa sesuai dengan target
5.      Tidak samanya kemampuan santri dalam menerima materi memerlukan pengulangan materi yang memang belum jelas dan mengadakan tanya jawab.
6.      Pemateri menerangkan secara detail sehingga para santri diharapkan mengerti tentang materi yang dalam bidang tafsir dan hadis
7.      Perlunya jurusan untuk berkoordinasi dengan peserta perihal materi agar tidak sama dengan tahun sebelumnya
8.      Untuk menyiasati keterbatasan ruangan, atas persetujuan pengajar lain, kami menggabungkan diri dengan kelas lain, yaitu dengan kelas 1a putri menjadi satu lokasi.
9.      Tidak adanya papan tulis kami siasati dengan cara berkeliling kepada para santri, sehingga santri memahami apa yang kami maksudkan
10.  Kekurangan kitab bisa diatasi dengan cara mempraktekkan pemahaman suatu kitab tafsir atau proses penelusuran hadis yang ada pada satu kitab saja, sehingga penelusuran bisa berjalan dengan lancar.


BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pemahaman kitab tafsir sangat penting. Dengan memahami kitabnya, maka biografi pengarang, guru dan muridnya, karangannya, sistematika penulisan, kelebihan dan kekurangannya dapat diketahui oleh santri sejak dini. Hal ini bisa memudahkan santri bilamana ia ingin mempelajari kitab tersebut, terlebih yang berjilid-jilid. Disamping itu, santri juga bisa membandingkan kitab tersebut dengan kitab yang dipelajarinya serta bisa memahami kitab tafsir tersebut dengan obyektif.[7]
Adapun pencarian hadis kepada sumbernya dengan takhrij sangat membantu santri untuk melacak hadis atau ungkapan yang dianggap sebagai hadis pada sumber aslinya.[8] Ini dikarenakan beberapa santri bertanya ungkapan yang dianggap sebagai hadis, tetapi itu hanya maqalah atau kata-kata bijak yang populer dianggap sebagai hadis. Sementara itu santri bisa melacak langsung kepada sumber asli sehingga bisa menghindari klaim kebenaran tunggal dari makna hadis tersebut.
Apabila tafsir dan hadis dasar-dasarnya dapat dikuasai, maka santri tidak akan kaku ketika menafsiri suatu ayat atau hadis. Terlebih menuduh sesat atas beberapa kitab tafsir tanpa mengetahui kebenaran dalil serta alasan pembuatan kitab tafsir dan hadis tersebut.[9]



B.     SARAN
Dari PPL yang telah kami jalani di Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Lor Semarang, ada beberapa saran yang perlu ditindaklanjuti:
1.      Pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits di lembaga keagamaan seperti di Departemen Agama di beberapa kota, organisasi keagamaan dan lembaga pendidikan non pesantren
2.      Pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadits yang berkelanjutan tempat lokasi PPL sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat setelah lulus kuliah yang difasilitasi oleh pihak kampus
3.      Pelatihan tafsir dan hadits tingkat lanjut, yaitu tentang metode penafsiran dan pemaknaan hadis agar pengetahuan yang diberikan selama masa kuliah bisa ditularkan secara merata, tidak fokus di pelatihan kitab tafsir dan takhrij hadis saja


DAFTAR PUSTAKA

-          Abd al-Mahdi bin ‘Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadits Rasul Allah Shalla Allah ‘Alayh wa Sallam, Kairo: Dar al-I’tisham, tt.
-          Buku Wisuda Pondok Pesantren Al-Hikmah Tahun 2009
-          Husayn bin ‘Ali al-Harbi, Qawa‘id al-Tarjih ‘Inda al-Mufassirin Dirasah Nazariyyah Tathbiqiyyah, Riyadh: Dar al-Qalam, 1996, cet. II
-          M. ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1975, cet. III hal. 27
-          M. Husayn al-Dzahabi, al-Ittijahat al-Munharifah fi Tafsur al-Qur’an al-Karim Dawafi’uha wa Daf’uha dalam Buhuts fi ‘Ulum al-Tafsir wa al-Fiqh wa al-Da’wah, Kairo: Dar al-Hadits, 2005
-          Muhammad bin ‘Abd Allah al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (tahqiq Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim), Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1957, cet I
-          Wawancara dengan Pengurus Pesantren Al-Hikmah pada Kamis, 21 Februari 2013 di ruang tamu pengurus pukul 16.00 WIB


LAMPIRAN

DAFTAR PESERTA PPL SEMESTER GENAP 2012/2013
JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN WALISONGO SEMARANG
KELOMPOK II

No
NIM
Nama
Kelompok
Jenis Kelamin
1
094211064
Muhammad Akmaluddin
Koordinator
L
2
094211004
Ahmad Saiful Ulum
Sekretaris
L
3
094211006
Andra Isnaini
Anggota
L
4
094211027
Tutik Malichah
Anggota
P
5
094211030
Devi Mumayasari
Bendahara
P
6
094211032
Purnomo
Anggota
L
7
094211038
Khusnul Murod
Anggota
L
8
094211043
Akhmad Rifa`i Ma`ruf
Anggota
L
9
094211048
Aufal Khima
Anggota
P
10
094211050
Bagus Irawan
Anggota
L
11
094211057
Lukman Hakim W
Anggota
L
12
094211062
Muhammad Taufik
Anggota
L
13
094211070
Shohibul Habib
Anggota
L
14
094211059
Moh. As`ad Kholil Alim
Anggota
L


Jumlah L
11



Jumlah P
3



Jumlah Total
14





[1] Al-Hijr: 9
[2] Muhammad bin ‘Abd Allah al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (tahqiq Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim), Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1957, cet I vol I hal. 13
[3] Husayn bin ‘Ali al-Harbi, Qawa‘id al-Tarjih ‘Inda al-Mufassirin Dirasah Nazariyyah Tathbiqiyyah, Riyadh: Dar al-Qalam, 1996, cet. II hal. 31 – 31
[4] Al-Nisa’: 59
[5] M. ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1975, cet. III hal. 27
[6] Dari Buku Wisuda Pondok Pesantren Al-Hikmah Tahun 2009 dan wawancara dengan Pengurus Pesantren Al-Hikmah pada Kamis, 21 Februari 2013 di ruang tamu pengurus pukul 16.00 WIB
[7] M. Husayn al-Dzahabi, al-Ittijahat al-Munharifah fi Tafsur al-Qur’an al-Karim Dawafi’uha wa Daf’uha dalam Buhuts fi ‘Ulum al-Tafsir wa al-Fiqh wa al-Da’wah, Kairo: Dar al-Hadits, 2005
[8] ‘Abd al-Mahdi bin ‘Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadits Rasul Allah Shalla Allah ‘Alayh wa Sallam, Kairo: Dar al-I’tisham, tt.
[9] M. Husayn al-Dzahabi, al-Ittijahat, op.cit., hal. 202